Batusangkar, Berita FUAD Online—Forum Dekan Ushuluddin PTKI Se-Indonesia menggelar pertemuan tahunan bertema intellectual treasures di UIN Tulungagung 12-15 November 2024. Pertemuan tahunan Forum Dekan Ushuluddin ini menghadirkan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., yang membincang tentang pentingnya affirmative action untuk prodi-prodi keilmuan Islam.
Prof. Hamdi mengawali paparannya dengan sebuah simulasi yang telah ia sampaikan dalam berbagai forum di Indonesia. Simulasi ini mengutarakan pertanyaan dari sebuah pengandaian, yaitu seandainya ada dua orang yang sama-sama memiliki nol pengetahuan tentang tafsir, lalu yang satu dimasukkan ke pesantren selama empat tahun tanpa mengenyam kuliah di Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT), sedangkan yang satu lagi kuliah di Prodi IAT selama empat tahun tanpa masuk pesantren. Pertanyaannya, manakah di antara dua orang itu yang akan memahami tafsir? Seluruh peserta dalam berbagai forum selalu menjawab spontan bahwa anak lulusan pesantren-lah yang akan memahami tafsir.
Prof Hamdi lebih lanjut secara retoris bertanya, apakah Indonesia akan menangis jika Prodi Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) ditutup? Apakah Indonesia akan menangis jika Prodi Ilmu Hadis (ILHA) ditutup? Jawabannya secara ironis adalah tidak, karena ahli tafsir dan ahli hadis dapat dibentuk dan dibina oleh ribuan pesantren.
Di sisi lain, lanjut Prof Hamdi memaparkan, hingga saat ini ada tujuh ratus sembilan puluh (790) PTKIS (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta), namun tak satu pun yang berakreditasi unggul. Dan dari 4669 Prodi di PTKIS ini, hanya empat persen yang unggul. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Karenanya, Direktur Hamdi mengambil kebijakan afirmatif mengalokasikan nana penelitian untuk dosen-dosen di kampus PTKIS.